KULONPROGO BANGKIT TANGGULANGI AIDS

Posted: Desember 3, 2010 in Artikel

Pasca peringatan Hari AIDS Se-Dunia (HAS) 2010, Rabu (1/12) lalu, dapat dipastikan banyak warga Kulonprogo yang terkaget-kaget ketika mengetahui bahwa kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dan Aquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) di wilayahnya meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan sambutan tertulis Bupati Kulonprogo H. Toyo Santoso Dipo yang dibacakan oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Drs. H. Sutedjo Wiharso saat membuka “Seminar Ilmiah HIV dan AIDS” Rabu (10/11) di Gedung Kaca Wates, terungkap bahwa kasus HIV dan AIDS tahun 2009 meningkat lebih dari lima kali lipat dibanding tahun 2008. Bila di tahun 2008 baru terdapat 10 kasus, di tahun 2009 menjadi 54 kasus dengan rincian 27 kasus terinfeksi HIV dan 27 kasus lainnya sudah mencapai fase AIDS.
Walaupun kasus yang terjadi di Kulonprogo hanya sekitar 12,7 persen dari total kasus HIV/AIDS yang terjadi di DIY dan 0,026 persen dari total kasus nasional, tetap saja hal ini menjadi “warning” bagi warga Kulonprogo untuk berhati-hati dan berupaya keras untuk menanggulangi penyakit yang belum ada obatnya tersebut. Apalagi berdasarkan laporan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Kulonprogo menunjukkan bahwa hingga akhir Juni 2010 kasusnya telah meningkat secara cepat menjadi 71 kasus dengan rincian 34 kasus HIV dan 37 kasus AIDS. Dari sisi kelompok umur, yang terinfeksi penyakit ini sebagian besar adalah penduduk usia produktif (15 – 59 tahun) yang nyata-nyata tenaga dan pikirannya sangat dibutuhkan untuk membangun Kulonprogo. Terlebih bila mengingat dari kasus yang terjadi. mereka yang terserang umumnya telah memiliki profesi pekerjaan yang jelas dan memberi kontribusi bagi kemajuan Kulonprogo.
Melonjaknya jumlah penderita HIV dan AIDS di Kulonprogo, menurut Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kulonprogo dr. Budi Ismanto HS, M Kes, lebih banyak disebabkan oleh terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat yang cenderung gemar melakukan hubungan seks bebas dan beresiko disamping masih rendahnya pengetahuan tentang HIV dan AIDS secara benar dan komprehensif. Terbukti tidak kurang dari separuh dari jumlah penderita HIV dan AIDS di Kulonprogo adalah kepala keluarga atau laki-laki yang pernah berhubungan dengan wanita pekerja seks. Resiko ini menjadi berantai karena saat mereka berhubungan seks dengan isterinya di rumah akan menularkan virus tersebut pada pasangannya yang berpotensi pula menular pada bayi dan anak-anak yang dilahirkannya. Dan ini tampaknya sudah terjadi di Kulonprogo, karena saat ini ada 4 balita dan 4 anak-anak yang telah terinfeksi HIV dan AIDS.
Sungguh beruntung, mendasarkan realitas yang terjadi, telah tumbuh kesadaran dan kepedulian di antara warga Kulonprogo untuk segera bangkit menanggulangi penyebaran HIV dan AIDS yang makin mengkhawatirkan. Walaupun awalnya lebih banyak dilakukan oleh warga secara personal dan belum terkoordinasi secara terpadu, namun sejak terbitnya Keputusan Bupati Nomor 163 Tahun 2008 tentang Pembentukan Komisi AIDS Daerah (KPAD) yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Bupati Nomor 70 Tahun 2009, upaya pencegahan, pengendalian dan penanggulangan HIV dan AIDS sudah dicoba untuk dikoordinasikan secara intensif, menyeluruh dan terpadu.
Sekarang ini paling tidak ada 16 institusi pemerintah dan 31 institusi swasta termasuk organisasi profesi yang terlibat dalam upaya penanggulangan AIDS di daerah. Ini belum termasuk tokoh masyarakat, tokoh agama dan alim ulama yang sejak awal telah aktif memberikan penyuluhan pada masyarakat tentang pentingnya berperilaku hidup sehat untuk menghindari tertularnya HIV dan AIDS. Dinas Kesehatan dan Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPDP dan KB) bersama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Cabang Kulonprogo telah berkiprah cukup lama melalui Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja dan Youth Forum untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan bahaya HIV dan AIDS bagi orang yang terinfeksi karena dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.
Upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Kulonprogo sekarang ini terbagi atas empat kategori: Pertama, Upaya Preventif, berupa upaya untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap bahaya HIV dan AIDS melalui kegiatan penyuluhan dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) baik dalam bentuk pertemuan personal, kelompok maupun dengan massa yang berjumlah banyak.
Kedua, Upaya Promotif, berupa upaya untuk lebih menggemakan tentang bahaya HIV dan AIDS melalui berbagai kegiatan yang menarik perhatian publik seperti menggelar berbagai lomba, pemasangan baliho, siaran radio, seminar, temu ilmiah, diskusi dan sebagainya.
Ketiga, Upaya Kuratif, berupa upaya untuk menangani mereka yang telah terinfeksi HIV dan AIDS melalui berbagai kegiatan layanan guna meningkatkan sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi HIV dan AIDS serta mengurangi stigma dan diskriminasi masyarakat yang selama ini di alami ODHA.
Keempat, Upaya Rehabilitatif, berupa upaya untuk mengembalikan rasa percaya diri pada orang yang terinfeksi HIV dan AIDS untuk kembali beraktivitas dan membaur dengan masyarakat di lingkungannya tanpa meninggalkan kewaspadaan untuk selalu menjaga diri agar kesehatannya selalu terjaga dan tidak menularkan virus yang ada dalam tubuhnya pada orang lain.
Upaya preventif dan promotif selama ini banyak dilakukan oleh Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama dan BPMPDP dan KB bersama PKBI Cabang Kulonprogo dan Badan Narkoba Kabupaten (BNK) melalui berbagai penyuluhan dan lomba yang melibatkan pelajar SLTA dan remaja non sekolah. Juga dengan menggelar berbagai kegiatan seminar/saresehan bertajuk persoalan seksualitas dan kenakalan remaja, kemudian siaran radio dalam bentuk dialog interaktif di radio komunitas (Suara Pasar Wates, Binangun, Suara Desa, Radio Menoreh dan sebagainya). BPMPDP dan KB sendiri juga banyak memasang baliho berupa ajakan untuk hidup sehat dan mendewasakan usia perkawinan.
Sementara upaya kuratif berupa pengobatan dan terapi Anti Retroviral Virus (ARV) belum bisa optimal dilakukan di Kabupaten Kulonprogo, karena upaya kuratif ini hanya bisa dilakukan pada layanan kesehatan yang memiliki layanan Care Support and Treatment (CST). Sedangkan upaya rehabilitatif berupa pemulihan dan pendampingan dampak psikologis akibat status HIV seseorang dilakukan oleh Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Menoreh Plus.
Memang, kebangkitan Kulonprogo untuk menanggulangi penyebaran HIV dan AIDS masih perlu ditumbuhkembangkan dengan mensinergikan berbagai kegiatan yang dimiliki oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan institusi terkait sehingga semua celah yang memungkinkan terjadinya penularan HIV/AIDS dapat diakses oleh masyarakat untuk kemudian mengantisipasinya dengan berbagai strategi yang efektif. Bila perlu, muatan materi tentang HIV/AIDS dalam kerangka Kesehatan Reproduksi (Kespro) dipadukan dengan materi pelajaran di sekolah sehingga para pelajar yang belakangan makin rentan terhadap penyebaran virus ini dapat menghindarinya sedini mungkin. Semoga.
Drs. Mardiya, Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Kelembagaan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. BPMPDP dan KB Kabupaten Kulonprogo
Esti Sutari, SPd Guru SMA N 2 Wates.

Tinggalkan komentar